• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

whatever (blog buat nyoba theme aja)

Saat melihat pelanggaran, pikiran Abdul melayang ke masa lalunya ketika tangannya patah ketika bermain bola. Karena waktu itu adalah hari libur semua rumah sakit tidak bisa memberi perawatan yang seharusnya. Kemudian Abdul dibawa ke ahli tulang tradisional. Tapi kemudian ada hal yang aneh pada tangannya setelah pulang dari tukang tulang tradisional tersebut. Kemudian Abdul dibawa lagi ke Rumah Sakit untuk diperiksa. Dirontgen kembali.

Setelah rontgen selesai dan hasilnya keluar. Abdul dipanggil oleh dokter. Dengan harap harap cemas Abdul memasuki ruang dokter.

“Maaf, ini kedua tulang yang ada ditangan patah semua dan belum tersambung dengan benar. Jadi harus segera dilakukan tindakan.” Kata Dokter sambil menunjuk-nunjuk pada hasil rontgen di depannya.

Mendengar itu Abdul langsung lemes. Pasrah. Mau gimana lagi. Dan saat itu juga langsung diambil tindakan. Ketika sebuah suntikan di lakukan, semua berubah hitam bagi Abdul. Tidak tahu apa yang dilakukan oleh dokter dan para asisten2nya, setelah Abdul membuka matanya. Dia sudah berada dalam ruangan dan di depannya terlihat wajah Ayah dan Ibu yg selalu setia menunggui Abdul.

“Gimana Pak, Bu?” suara lemah Abdul mengagetkan keduanya.

“Sudah sadar?gag apa2 kok, kamu istirahat aja dulu. Trus makan ya” kata ibu sambil membelai lembut rambut Abdul. Kurasakan kehangatan saat itu.

Ruangan itu lumayan besar. Dengan dua tempat tidur lain di sisi kanan dan kiri Abdul. Di sebelah kiri tergolek lemas sesosok tubuh dengan balutan di kakinya. Patah kaki mungkin. Kemudian di sisi kanan terlihat seseorang sedang tidur pulas. Seorang wanita cantik yang menungguinya bilang, “pendarahan dalam”.

Selasa pagi. Aku sudah berada di tempat tidur dan didorong oleh seorang suster cantik menuju ruang radiologi sambil diberi sedikit wejangan. Saatnya cek kembali. Rontgen lagi, harap-harap cemas lagi.
Rontgen berjalan lancar. Tinggal menunggu hasil. Entah berapa lama Abdul menunggu di depan Poliklinik Bedah sambil pikirannya berkelana. “Daud Abdul Malik”, suara itu membuyarkan lamunan Abdul. Bergegas Abdul masuk ke ruang dokter ditemani ayahnya.

“Maaf Pak, ternyata tulangnya belum tersambung. Kami sudah berusaha. Jalan satu2nya yaitu dengan operasi.” Kata dokter menjelaskan.

“Operasi Dok??” teriak Abdul sambil pikirannya berusaha memaknai arti dari kata “operasi”.

“Operasinya kapan Dok??” potong ayah Abdul.

“Kalo sekarang gak bisa Pak. Karena sebelum operasi harus puasa dulu. Jadi mungkin operasi bisa dilakukan besok.” Kata dokter lagi.

***

Keesokkan harinya. Saat Abdul terbangun, dilihatnya senyum dari Ayah dan Ibu. Mereka terus menghibur Abdul yg hari ini akan dilakukan operasi pada tangannya.

“Tenang saja nak. Tidak apa2 kok. Semua pasti baik2 saja. Tidak sakit kok, malahan tidak terasa.” Kata mereka terus menghiburku.

Yang ditunggu-tunggu pun datang. Saatnya operasi. 08.00 WIB di ruang operasi Poliklinik Bedah RSUD Wates. Abdul melihat keseluruh penjuru ruang operasi. Melihat alat2 yg dipersiapkan oleh dokter dan suster untuk proses operasi. Abdul memejamkan matanya. Dan setelah mendapatkan sebuah suntikan di lengan kirinya, kesadaranya berangsur-angsur hilang dan GELAP.

Saat membuka matanya, Abdul sudah berada diruangannya kembali. Disambut senyum Ayah, Ibu dan Kakek yang datang dari Klaten. Abdul merasakan sedikit sakit pada pergelangan tangannya. Mungkin luka bekas operasi.

Syukurlah, operasi berjalan lancar. Tulang pada tangan Abdul sudah tersambung kembali. Tinggal masa penyembuhan, mungkin membutuhkan waktu agak lama. Dan sejak saat itu teman2, guru2, teman Ayah dan Ibu Abdul mulai berganti-gantian mengunjungi Abdul. Mereka tak henti2nya memberi semangat pada Abdul. Hingga hari sabtu pagi Abdul masih di rumah sakit dan Abdul sudah diperbolehkan pulang hari itu. Betapa senangnya Abdul bisa kembali ke rumah lagi, meskipun belum bisa bermain bebas seperti dulu. Dan bersiap2 untuk menghadapi Ujian Akhir kelas VI.

Kemudian sebuah tepukan di pundaknya membuyarkan semua lamunan Abdul. “Mau main gak mas??tolong gantikan posisi nomor 12” kata pelatih disambut dengan anggukan mantap Abdul.

***

Itu tadi sedikit ceritaku di saat aku kelas VI SD yang mendapatkan musibah ketika akan menghadapi Ujian Akhir. Tapi Ujian Akhir tetap bisa dilalui dengan lancar hingga sekarang diriku berada di sini. Di STAN, bersama semua teman2ku. Yang akan selalu ada.
Share
Tweet
Pin
Share
4 comments
Saat itu matahari bersinar begitu hebatnya. Hawa panas sepertinya tersebar rata ke seluruh penjuru. Tapi itu tak menghentikan pertandingan yang semakin memanas di sebuah lapangan yang tak jauh dari pusat kota Wates. Di bench bangku cadangan duduk seorang pemain yg sedang gelisah menunggu kapan ia dimainkan. Abdul namanya.
Tiba2 dari kejauhan dia melihat terjadi pelanggaran. Seorang temannya dijegal lawan dengan keras hingga kesakitan. Keributan pun terjadi. Melihat itu, pikiran Abdul pun langsung menerawang jauh 7 tahun yg lalu.

Tujuh tahun yang lalu. Abdul kecil berusia 11 tahun. Sekolah kelas 6 SD. SD Jurangjero namanya. Kegemarannya bermain bola sudah terlihat sejak ia kecil. Suatu hari, sabtu pagi, entah tanggal berapa. Beberapa minggu sebelum Ujian Kelulusan, Abdul kecil ditantang bermain bola bersama teman2nya membawa nama SD Jurangjero. Tanpa pikir panjang ia pun langsung mengiyakan tawaran itu. Permainan pun berlangsung seru di lapangan dekat sekolah. Saat Abdul membawa bola tiba2 dari belakang muncul tackle dari lawan. Abdul pun jatuh tak terkendali. Saat bangun ia melihat ada yg tak wajar pada tangannya.

“Tanganku pataaaahhhh,” teriaknya.

Seketika itu permainan langsung terhenti, para pemain pun bingung tak tau harus berbuat apa. Maklum masih kelas 6 SD. Kemudian seorang teman menghampirinya dan mengajaknya pulang agar segera mendapat perawatan. Abdul pun pulang diantar temannya dengan berjalan kaki menuju rumah yg jaraknya hampir 2 km dengan menahan sakit yg luar biasa. Sampai di rumah ayah Abdul sudah siap dengan motornya untuk mengantar Abdul ke rumah sakit umum Wates. Sampai ke rumah sakit ternyata hanya masuk di UGD tanpa ada perawatan lebih lanjut karena memang hari Sabtu ini bertepatan dengan hari libur nasional. Di dalam UGD pun Abdul hanya mendapat perawatan seadanya saja.

“Maaf Pak, kami tidak bias membantu banyak. Ada baiknya anak Bapak dibawa ke Rumah Sakit PKU Jogja. Mungkin anak Bapak akan mendapat perawatan yang lebih baik,” kata suster saat itu.

Setelah itu tanpa pikir panjang, Abdul di bawa ke RS PKU di Jogjakarta. Tapi masalah pun tak kunjung reda. Ternyata di RS PKU Jogjakarta, dokter bedah yg biasanya mengatasi hal seperti ini sedang tidak ada di tempat. Di PKU pun Abdul hanya bisa pasrah menerima keadaan ini. Mendapat perawatan yg seadanya juga, walaupun lebih baik. Dan kami pun disuruh kembali lagi hari senin.

SENIN. Itu yg ada di pikiran Abdul. Selama 2 hari Abdul harus menahan sakit itu. Dia tak mampu untuk membayangkannya. Tapi setelah sampai di rumah ternyata ada yg usul.

“Bagaimana kalau dibawa aja ke Sangkal Putung, di sana ahlinya masalah beginian.” Kata seorang tetangga waktu itu.

Dan benar saja, satu rombongan sudah siap mengantar Abdul ke Sangkal Putung. Seperti mau jagongan aja. Sangkal Putung terletak di kota Solo. Tepatnya kurang tahu. Pokoknya Solo. Perjalanan 2 jam terasa lama sekali. Sampai di sana sepertinya waktu Isya’. Karena terdengar sayup2 suara adzan di seberang. Di sana kami disambut dengan ramah oleh seorang tabib. Setelah itu barulah Abdul dibawa ke ruang rawat. Tangan Abdul bagaikan mainan bagi tabib itu.

“AAaaaaaaaaaaa,”Jeritan Abdul pun membuat siapapun yg mendengarnya pasti menjadi iba.
Setelah proses selesai. Mengucapkan terima kasih dan meninggalkan amplop. Kami satu rombongan pun pulang. Sampai rumah dan istirahat.

Esok paginya ternyata ada perubahan pada tangan Abdul. Tangannya jadi bengkak dan gatal. Tapi karena hari itu hari minggu dan Rumah Sakit tutup, Abdul pun hanya diberi obat2 tradisional. Baru pada hari seninnya Abdul dibawa ke Rumah Sakit. Sebenarnya hanya untuk meminta obat karena tangan bengkak dan gatal. Tapi ternyata dokter bilang tangan Abdul harus di rontgen ulang untuk meyakinkan apakah tulangnya sudah tersambung dengan benar atau belum. Ya sudah, kami nurut aja kata dokter. Saat sedang jalan ke ruang Radiologi ada seorang suster nyeletuk.

“wahh, tangannya udah tamasya ke Solo segala neh,” kata suster itu. Kami pun Cuma bisa nyengir. “Tamasya tamasya apanya,” pikir Abdul dalam hati.

Setelah selesai rontgen dan hasilnya keluar. Ternyaataa ……………………….

Apakah tulang Abdul sudah tersambung dengan benar atau belum??tunggu kisah selanjutnya, jangan kemana2 yaaa…..

-maaf ya kalo kata2nya masih sangat amat amburadul-
Share
Tweet
Pin
Share
9 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Aenean sollicitudin, lorem quis bibendum auctor, nisi elit conseat ipsum, nec sagittis sem nibh id elit. Duis sed odio sit amei.

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • June 2016 (1)
  • March 2016 (1)
  • August 2015 (1)
  • May 2015 (1)
  • October 2014 (1)
  • April 2014 (1)
  • April 2013 (1)
  • January 2013 (1)
  • July 2012 (1)
  • June 2012 (3)
  • May 2012 (1)
  • March 2012 (1)
  • November 2011 (1)
  • September 2011 (1)
  • July 2011 (2)
  • December 2010 (1)
  • November 2010 (3)
  • October 2010 (2)
  • July 2010 (1)
  • June 2010 (2)
  • May 2010 (6)
  • April 2010 (9)
  • March 2010 (7)
  • February 2010 (4)
  • November 2009 (2)
  • October 2009 (2)
  • September 2009 (1)
  • August 2009 (3)
  • July 2009 (1)
  • June 2009 (3)
  • May 2009 (1)
  • April 2009 (1)
  • February 2009 (1)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates