• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

whatever (blog buat nyoba theme aja)

Siang itu, matahari bersinar sangat terik. Selepas sekolah, makan siang kemudian dilanjut tidur siang sepertinya sangat nikmat. Tapi tidak bagi kami, karena di saat-saat itulah waktu kami melepaskan penat setelah sekolah dengan bermain sepuasnya. Di halaman depan rumah kakekku terlihat sepi. Hanya terlihat seorang teman yg sedang kebingungan, sedangkan yg lain ada yg di balik semak2, ada yg naik ke pohon, ada yg di belakang rumah, aneh2 lah pokoknya. Yah, kami sedang bermain delikan atau istilah kerennya petak umpet. Dan hampir setiap hari sepulang sekolah sampai hampir menjelang maghrib halaman depan rumah kakekku selalu ramai dengan kegiatan anak2 yg selalu berganti-ganti setiap harinya.

Tetapi kini, situasi yang demikian sudah tak kulihat lagi. Hanya segelintir anak2 kecil yg ada disitu yg sedang bermain2. Tetapi beruntunglah masih ada yg mau bermain di sana, meskipun gak seramai dahulu. Meskipun begitu, diriku masih tetap prihatin. Apakah permainan2 seperti delikan, benthik, gatheng, gobak sodor, jong jling, dan kawan2 (itu nama permainan di daerah saya) masih bisa bertahan terhadap gempuran2 permainan masa kini yang mengatasnamakan teknologi dan kecanggihan? Sedangkan permainan2 yang "dianggap" kuno itu sedikit demi sedikit mulai terpinggirkan. Tetapi dengan adanya acara "si Bolang" di tv sepertinya ada sedikit harapan untuk mengenalkan kembali permainan2 tradisional tersebut ke anak2 sekarang. Tinggal orang tua mau mendukung atau tidak.

Diriku di sini hanya ingin bernostalgia dengan permainan2 tersebut dan pernahkah sobat blogger merasakan permainan2 tersebut, pastinya sudah ya. Untuk yg pertama akan kumulai dengan DELIKAN atau petak umpet (atau apalah namanya di tempat sobat).

Image from Here
Di tempat kami, delikan ada bermacam2 cara bermainnya, tinggal mau kesepakatannya mau yang bagaimana. Tetapi yang pasti itu, kalo mau bermain harus ada pemainnya. 5 orang sudah lumayan seru kok, kalo mau lebih seru lagi ya lebih banyak lagi. Kalo sudah terkumpul, lakukan hompipah atau terserah mau gimana buat nentuin siapa yang jaga atau yg bertugas mencari. Kalo sudah dapat siapa yg jaga, sekarang aturan bermainnya.

Tapi sebelumnya harus tahu pokok2 untuk bermain delikan ini terlebih dahulu.
Orang yang jaga harus menutup mata ditempat yg sudah ditentukan (tempat jaga ini sebutannya berbeda2 tiap daerah, ada yg INGLO / HONG dll, kalo di tempat saya SEPONG), yg biasanya berbentuk tugu, gapura, pohon atau tiang kemudian menghitung dari 1-10 (ato yg disepakati berapa). Di rentang waktu hitungan tersebut pemain yang lain harus segera mencari tempat persembunyian yang dirasa aman dan tidak diketahui oleh yang jaga. Setelah selesai menghitung, yg jaga harus segera beraksi menemukan pemain yg bersembunyi. Apabila yang jaga sudah menemukan temannya yg sembunyi, ia harus menyebutkan nama temannya tersebut ditambah INGLO sambil menyentuh INGLO nya. Misalnya temen saya nemuin saya, maka dia harus berteriak "Daud, INGLO" sambil menyentuh INGLO (tempat jaga). Teman yang bersembunyi pun bisa mengendap2 mendekati INGLO dan ketika yang jaga lengah raihlah INGLOnya dan anda termasuk orang yg beruntung.

Sekarang mari masuk ke macam2nya:
VERSI I
Teman pertama yang tertangkap menjadi orang yg jaga berikutnya apabila yang jaga bisa menemukan semua teman yang bersembunyi. Tetapi apabila ada seorang teman yg bersembunyi bisa menyentuh INGLO maka permainan berakhir dan yg jaga tetap jaga di sesi berikutnya. (ini kasihan bagi yg dapet kesempatan jaga pertama, karena pasti ada aja orang yg bisa menyentuh INGLO)

VERSI II
Hampir sama dengan versi I hanya saja, orang yang jaga di sesi berikutnya tetap orang pertama yang ditemukan oleh yg jaga meskipun ada teman yg bersembunyi yg menyentuh INGLO. (Ini adil bagi yg jaga, tapi kurang seru)

VERSI III
Permainan berhenti ketika semua orang sudah ditemukan. Orang yg jaga disesi berikutnya bukanlah orang pertama yg ditemukan, tetapi ditentukan dengan tebakan. Caranya, kalau sudah selesai semua, orang yg dapat ditemukan oleh yg jaga berbaris di belakang yg jaga. Sambil memejamkan mata, yg jaga menyebutkan angka, dan orang yg berada di angka tersebut dapat jackpot jaga. Tapi kalo yg jaga salah sebut angka, misalnya lebih (adanya cuma 4 bilangnya 5) maka dia jaga lagi, jadi harus teliti yg jaga, diitung dulu sebelumnya. Sedangkan teman yg bisa menyentuh INGLO tidak ikut dalam barisan dan tidak akan jaga pada sesi itu. Tetapi, teman yg bersembunyi baru boleh menyentuh INGLO ketika sudah ada teman yg ditemukan oleh orang yg jaga. Kalau teman yg sembunyi tadi menyentuh INGLO sedangkan belum ada teman yg ditemukan oleh yg jaga, maka yg menyentuh INGLO pun harus gantian jadi yg jaga. Dan permainan dimulai dari awal lagi.
(ini nih yg paling seru, membutuhkan strategi ni, ilmu pendengaran dan pengintipan harus jago, salah2 niatnya mau nyante dengan menyentuh INGLO, eh malah jaga gara2 blum ada yg ketemu)

Yups, sepertinya sekian dulu deh DELIKAN nya, udah mau maghrib tuh udah di cariin Bapak. Besok pagi main BENTHIK yuukk.

PS: maaf, posting besengeknya ditunda dulu ya. Diselingi ini dulu :)
Share
Tweet
Pin
Share
10 comments
Kemaren diriku udah posting tentang Geblek. Jadi, sudah tahu kan geblek itu apa. Tapi kepiye to nggawene geblek iku? Membuatnya gak terlalu susah kok, cuma butuh ketelitian aja. Kalo misal ada yang tertarik bisa kok dibuat di rumah, nanti diriku siap jadi tester :D. Oke, gak usah panjang kali lebar tambah tinggi lagi daripada makin gak jelas ntar, langsung saja deh. Resep ini kudapat dari seorang penjual Geblek yang tinggal di dekat rumah temanku, di Pengasih.

Pertama, kita harus tahu bahan apa yg digunakan. Bahan pokok dalam pembuatan geblek itu adalah Pathi kalo di Kulon Progo atau biasa disebut tepung kanji atau tepung tapioka. Pathi dibuat dari singkong. Nah, jadi pertama2 kita akan membuat Pathi terlebih dahulu. Tapi kalo gak mau repot, Pathi bisa dibeli di pasar kok. Dan untuk hasil yang lebih baik, sebaiknya gunakan Pathi basah, bukan yang sudah bubuk seperti susu itu. Bisa sih pake itu, tapi katanya hasilnya kurang bagus. Bagi  yg pengen beli silakan, tapi kalo ada yg mau buat bisa ikuti langkah2 di bawah ini :

1. Singkong dikupas dan dicuci bersih, kemudian diparut.

2. Masukkan hasil parutan tadi ke dalam kain bersih. Kalo bisa sih yg putih bersih dan dicuci pake S*rf (malah iklan). Kemudian peras kain berisi parutan tadi sehingga keluar air dari dalam kain tadi. Air itu adalah sari2 dari singkong tersebut. Jadi, jangan lupa airnya ditaruh di wadah, jangan dibuang.

3. Diamkan air hasil perasan tadi beberapa saat hingga terjadi endapan.

4. Nah, endapan itu lah yang nantinya akan menjadi Pathi. Dan itu yang menjadi Pathi basah.

Setelah Pathi terbentuk, kini saatnya meracik sang legendaris Geblek. Oke, dimulai :

1. Ambil endapan Pathi tadi, atau kalo bagi yang beli, siapkan Pathi basah, taruh di wadah. Kemudian haluskan atau kita sisir2 sampai halus sampai seperti tepung. Ingat ya, sampai HALUS. Jangan sampai ada gumpalan, soalnya kalo menggumpal bisa2 meledak pas digoreng dan siap2 saja bawa penutup wajah biar wajahnya gak kena serangan minyak panas.

2. Kalau sudah halus (sebut saja tepung), ambil sebagian tepung tadi, beri sedikit air jangan sampai encer. Kemudian goreng adonan tersebut, jangan sampai mateng, sampai dirasa sudah agak kenyal saja.

3. Angkat tepung yang digoreng dan campur dengan tepung yang masih di wadah tadi. Kemudian diumblek-umblek, apa ya istilahnya? Diuleni, sampe jadi adonan yang mudah untuk dibentuk dan berasa kalis.

4. Kalo dirasa sudah berasa kalis, bentuk adonan sesuai selera. Biasanya sih bulet2 kecil kayak donat disatuin renteng 2 jadi angka 8 atau renteng 3. Atau mau dibentuk apa aja juga boleh, terserah sak-sake karepmu dewe pokoke.

5. Berkreasi dengan bentuknya sudah? Nah, akhirnya adonan geblek pun siap digoreng atau dibawa buat oleh2. Jangan salah, adonan geblek yg masih setengah mateng ini bisa bertahan sampai 4 hari lho, jadi tetap bisa dijadikan oleh2. Tapi kalo yg sudah digoreng biasanya cuma bertahan 8 jam saja, setelah itu jadi agak keras.
Setengah Mateng
Wujud Geblek yang masih setengah mateng
Siap Santap
Wujud Geblek yang siap disantap

Oke, sudah kan? Mudah kan? Padahal diriku juga belum pernah mencoba membuatnya. Kalo yg berkenan mau membuat silahkan, atau kalau tidak, berkunjunglah ke negeri kami, Kulon Progo Binangun.

Terima kasih :)

Selanjutnya insyaAllah akan membahas makanan khas lainnya dari Kulon Progo. Besengek Tempe Bengok. Opo iku? Tunggu saja.
Share
Tweet
Pin
Share
19 comments
Semburat kata yang selalu muncul di setiap perjalanan hidupku. "Yakinlah semua akan indah pada waktunya". Ini bukan kalimat pesimistis ataupun pasrah lho. Beda dengan kalimat ini, "Yakin aja lah, katanya kan semua akan indah pada waktunya". Gak perlu dijelasin kan bedanya apa, sobat blogger semua kan udah pinter2. Kalimat yg pertama tadi sering banget muncul di saat kita lagi banyak masalah dan seharusnya kalimat itu tidak lantas membuat kita berdiam diri, pasrah dan berfikir "toh semuanya akan indah pada waktunya". Usaha tetap diperlukan, setidaknya berdoa kepada Sang Pengatur Alam Semesta. Dan definisi dari kata "indah" itu sendiri bisa bermacam-macam. Tergantung dari persepsi dari masing-masing kepala.


Ketika ada sebuah masalah dan masalah itu sudah clear dan sudah tidak mengganggunya lagi, seseorang baru mengatakan itu indah. Tetapi ada pula yang mengatakan "indah" ketika terlihat sebuah titik terang untuk sebuah solusi, dan ketika masalah itu terselesaikan, dia mengatakan itu "luar biasa". Sebenarnya itu semua tergantung dari bagaimana kita mau mensyukuri dan mensikapi nikmat yang Ia berikan. *Wah, sepertinya bisa nih ngikutin jejak Kak Mario Teguh, sahabat saya yang super :D

Udah ah ceramahnya, mau berbagi kisah saja deh ketika saya merasakan nikmatnya kalimat tersebut. Yang pertama adalah ketika diriku akhirnya bisa kuliah di Sekolah Tinggi yg sekarang lagi rame dibahas sama media gara2 segelintir lulusannya. Bermula dari hingar bingarnya kelulusan SMA waktu itu, 2008. Ujian Masuk PT (red Perguruan Tinggi) yang pertama adalah UM UGM dan diriku gagal di situ. Tak apalah pikirku, ini baru awal. Kemudian lanjut ke SM UNY, dan ternyata gagal juga saya di sini. Melalui jalur reguler gagal diriku mencoba menempuh jalur non-reg, UTUL UNY Gelombang I. Akhirnya ........... kembali gagal. Dan sejak saat itu diriku mulai merasa agak down, mulai luntur rasa percaya diri. Berpikir keras, kenapa diriku bisa gagal di ketiga ujian tersebut, memang sih Passing Grade dari jurusan yg kuambil cukup lumayan lah. Ilkom UGM, Matematika UGM, Pend. Teknik Informatika UNY. Tapi bapak ibu *jadi kangen sama bapak ibu di rumah gak pernah berhenti ngasih semangat, yah buat mereka juga aku berjuang. Masih ada SNMPTN di depan, dan UTUL UNY Gelombang II yg semoga saja tidak sampai tahap ini, harapku saat itu. 2 dan 3 Juli Ujian SNMPTN pun di laksanakan, optimistis, yah.

Di sela SNMPTN itu temenku ngajak buat daftar STAN, heh? apa itu STAN? Jujur diriku baru tahu STAN saat itu, dan ketika tahu STAN itu lebih ke akuntansi atau lebih ke jurusan IPS prodi2nya, rasanya kurang bersemangat diriku. Tapi akhirnya daftar juga, selain nemenin temenku, ternyata bapak sama ibu menyuruhku daftar, soalnya "katanya" kuliah di sana itu gratis dan kalo lulus langsung kerja. "Gratis"? hmm, bisa meringankan beban bapak ibu pikirku. Akhirnya daftar juga diriku dan Ujian tgl 20 Juli 2008 pun kulalui. Tetapi jujur tanpa target di situ.

1 Agustus 2008, pengumuman SNMPTN. Berharap besar namaku muncul di situ. Tetapi, ekspektasi hanya tinggal mimpi, harapan itu pupus kembali. Bingung harus ngomong apa sama bapak ibu ketika ditanya. Tapi begitulah faktanya, Aku  gagal. Beberapa hari setelah pengumuman itu diriku jadi lebih sering menyendiri. Tapi bukan berarti aku harus berhenti, "masih ada UTUL II UNY to?di coba aja" kata Bapak. Mau mencoba tapi takut gagal lagi, tapi kalo gak mencoba itu berarti lebih gagal lagi. Ah, ternyata tahapan ini memang harus kulalui.

UTUL II UNY di bulan Agustus, berharap ini Ujian masuk PT terakhirku. Tetapi Allah berkata lain, harapan itu hilang. Pikiranku saat itu campur aduk, perasaan gak enak, malu sama bapak ibu, dan sedih itu pasti. Mau ikut ujian apa lagi? Sudah semua kucoba sepertinya. Berarti? Ya Tahun depan di coba lagi. Apa segampang itu? Entahlah.

Tapi diriku masih bersyukur, masih ada bapak ibu yang selalu mendukungku, memberiku semangat, kuadukan semua ini pada-Nya. Dan secercah harapan itu muncul dari program D3 UGM. Allah masih mendengarkan doaku, dan akhirnya mengabulkannya. Diriku lulus ujian D3 UGM jurusan Komputer dan Sistem Informasi. Gak kalah lah sama Ilkom, cuma beda setahun. Sudah sujud syukur tuh diriku bisa masuk ke sana, akhirnya bisa melihat senyum bahagia bapak sama ibu melihat anaknya bisa mengenyam bangku kuliah.

Menjalani Ospek, Makrab jurusan, dan kuliah, sepertinya diriku merasa cocok di sana. Tetapi, ternyata kejutan-Nya tak berhenti hanya di situ. 2 Minggu setelah dipusingkan dengan aljabar, rangkaian listrik, jaringan, beserta teman2nya. Tibalah pengumuman STAN, yg sebenernya sudah sedikit terlupakan. Ada seorang teman yg sms kalo diriku diterima di sana. Kaget, seneng bercampur bingung juga sih. Pulang kuliah langsung download, tunjukkin ke bapak ibu. Lagi2 senyum terindah di bumi ini tersungging dari bibir orang tercinta. Dan dengan segala pertimbangan, akhirnya diriku memilih jalan ini. Ya STAN. Dan mungkin inilah yg Ia pilihkan untukku. Alhamdulillah :)

Eh, buset. Panjang juga ternyata, padahal masih pengen cerita. Satu dulu aja deh berarti kisahnya. Tapi, kok itu kesannya malah kayak curhat yaa? hehe. Gak apa2 lah. Pokoknya, selagi kita mau berusaha dan berdoa, Allah akan selalu membukakan jalan untuk kita dengan cara-Nya yang membuat semuanya indah pada waktunya.
Share
Tweet
Pin
Share
7 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Aenean sollicitudin, lorem quis bibendum auctor, nisi elit conseat ipsum, nec sagittis sem nibh id elit. Duis sed odio sit amei.

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • June 2016 (1)
  • March 2016 (1)
  • August 2015 (1)
  • May 2015 (1)
  • October 2014 (1)
  • April 2014 (1)
  • April 2013 (1)
  • January 2013 (1)
  • July 2012 (1)
  • June 2012 (3)
  • May 2012 (1)
  • March 2012 (1)
  • November 2011 (1)
  • September 2011 (1)
  • July 2011 (2)
  • December 2010 (1)
  • November 2010 (3)
  • October 2010 (2)
  • July 2010 (1)
  • June 2010 (2)
  • May 2010 (6)
  • April 2010 (9)
  • March 2010 (7)
  • February 2010 (4)
  • November 2009 (2)
  • October 2009 (2)
  • September 2009 (1)
  • August 2009 (3)
  • July 2009 (1)
  • June 2009 (3)
  • May 2009 (1)
  • April 2009 (1)
  • February 2009 (1)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates