Sebenernya saya sudah tak ingin membahas masalah gayus lagi. Sudah males, biarlah masyarakat sendiri yg menilai. Tapi, gara2 melihat sebuah artikel di salah satu media yg secara jelas menghina STAN membuatku dongkol [mungkin bukan aku saja..tapi seluruh mahasiswa STAN]. Kesabaranku sebagai mahasiswa mungkin memang sedang di uji.
Hanya ingin minta sedikit pendapat. Apakah artikel seperti ini pantas terpampang di media??skala nasional bahkan..
Ini nih artikelnya...
____________________ARTIKEL____________________
Sekolahnya Tukang Akalin Nomor ( STAN ) by Joeseph Timoth , Kompas 28 April 2010
Perkembangan penggelapan pajak, permainan nilai bea masuk di Bea Cukai, Memperlambat cairnya Anggaran APBN, penyalah gunaan wewenang di Kementerian Keuangan RI saat ini, bagaikan bisul dan bau kentut yang mulai timbul dan tercium dipermukaan sekitar tubuh kita. Para aktor, sutradara, perampok uang Rakyat ini kebanyakan Alumni dari Sekolahan ini. Sekolahan situkang pemeriksa keuangan Negara ini, pertama sekali dibuka di Jalan Mulawarman, Kebayoran baru Jakarta selatan.
Kita ketahui bersama bahwa Mahasiswa disini sejak hari pertama sudah diajarkan untuk mengutak-atik angka dan bilangan laporan keuangan. mereka diajarkan untuk meneliti secara detail angka-angka keuangan Pemilik Perusahaan dari kelas teri apalagi kelas kakap, para Gayus gayus pasti demand soal-soL begini, makanya jangan heran anak-anak baru yang masih ingusan alumni sekolah ini banyakyang kaya kaya. Saat belajar mereka juga punya akses memeriksa daftar perusahaan Pembayar Pajak terbesar, dan pengutang terbesar. Para Alumni mereka yang sudah bekerja didalam kementerian ini tentu ngiler untuk ketemu bagian keuangannya perusahaan yang dimaksud, apalagi ada kesalahan atau keterlabatan, Undang- undang dan pasal-pasal pelanggarannya udah pasti didalam kepala mereka. pokoknya data-data yang menyangkut fullus di Negara ini Para mahasiswa dan dosennya pasti memiliki birahi yang tinggi untuk terjun langsung dalam permainan sirkus penerimaan keuangan Negara di Kementerian ini.
Jangan heran bila mereka telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tukang Akalin nomor penerimaan Negara ini, banyak yang jadi orang kaya baru, ndak pernah aku temukan alumni sekolah ini bekerja sebagai guru SMP atau tenaga pengajar di non Departemen Keuangan, sebaliknya Alumni STAN memonopoli lahan basah di Seluruh Departemen yang terdapat di Kementerian keuangan. hal ini sudah berjalan puluhan tahun, dan berputar bagaikan escalator yang terpelihara dipelihara dengan baik. jikalau Komjen Susno duaji tidak bersiul untuk membongkar gorong- gorong gelap di lembaga ini, niscaya sampai kapanpun Gayus gayus Alumni STAN akan berpenampilan kayak pengusaha sukses, di Kampung Indon ini, walaupun sejujurnya mereka digaji dari pungutan pajak, blasting, PPH,PPN, PPH pasak bumi pasak air, Bea Masuk, Bea Keluar, Angin Masuk Kentut keluar, dll dari berbagai macam pungutan di Negara ini, tidak lepas dari ide-ide sekolah mafia ini.
____________________ARTIKEL____________________
Pendapat saya pribadi : ah..bahas alumni lagi alumni lagi..kalo memang punya dendam sama STAN jangan seperti ini donk..gak etis banget..
Kalo memang mau merunut latar belakang gayus2 kenapa gak dirunut sekalian dari SMA, SMP, SD, TK, ASAL DAERAHnya dari mana..
Dan sayangnya, kenapa media sebesar KomP*s bisa meloloskan artikel seperti ini..
Kalo memang mau merunut latar belakang gayus2 kenapa gak dirunut sekalian dari SMA, SMP, SD, TK, ASAL DAERAHnya dari mana..
Dan sayangnya, kenapa media sebesar KomP*s bisa meloloskan artikel seperti ini..
Bagaimana pendapat dari teman2 blogger semua??